CONTOH LAPORAN KINERJA TENAGA KESEHATAN TELADAN PROV BALI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggungjawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu, Polindes, Poskesdes serta Puskesmas Keliling. Untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, Puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Keberhasilan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas memberikan kontribusi yang cukup besar didalam mewujudkan Indonesia Sehat 2015. Keberhasilan tersebut salah satunya sangat dipengaruhi oleh faktor Sumber Daya Manusia (SDM), baik kualitas maupun kuantitasnya. Diantaranya adalah ketersediaan  tenaga kesehatan dalam jumlah yang cukup, penyebarannya yang merata di seluruh daerah serta tersedianya tenaga kesehatan yang berkompeten, professional dan memiliki ketrampilan yang tinggi, sehingga mampu memberikan pelayanan yang bermutu di wilayah kerjanya.
Pemilihan tenaga kesehatan teladan di Puskesmas ini diharapkan dapat menjadi salah satu motivasi untuk meningkatkan minat tenaga kesehatan bekerja di Puskesmas sehingga dapat menjadi pendorong terciptanya tenaga kesehatan yang mempunyai sikap nasionalis, etis dan professional, memiliki semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, berilmu, terampil, berbudi luhur serta dapat memegang teguh etika profesi.
Puskesmas Kintamani VI merupakan salah satu Puskesmas yang stafnya terpilih sebagai wakil Kabupaten Bangli dalam penilaian tenaga kesehatan teladan tingkat Provinsi Bali tahun 2014, yaitu dengan kualifikasi tenaga paramedis (Bidan) atas nama Kasianah. Melalui Laporan Kinerja ini diharapkan dapat memberikan gambaran kinerja tenaga kesehatan yang bersangkutan selama dua tahun terakhir (tahun 2012 dan tahun 2013) dan memenuhi  persyaratan dalam penilaian lomba Nakes teladan Provinsi Bali tahun 2014.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
      Laporan Kinerja Tenaga Kesehatan Teladan ini bertujuan sebagai persyaratan dalam mengikuti lomba Nakes Teladan Provinsi Bali tahun 2014.  
2.      Tujuan Khusus
a.       Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya di Puskesmas.
b.      Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Puskesmas.
c.       Meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai profesinya  di Puskesmas.

C.    Sistematika Penulisan
      Laporan Kinerja  ini dapat digambarkan melalui sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I    : PENDAHULUAN
BAB II  : PELAKSANAAN PROGRAM
BAB III : HASIL PELAKSANAAN PROGRAM
BAB IV : PENUTUP
LAMPIRAN














BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM

A.    Gambaran Umum Puskesmas Kintamani VI
1.      Keadaan Geografis
      Puskesmas Kintamani VI merupakan satu dari 12 Puskesmas di Kabupaten Bangli dan satu dari enam Puskesmas di Kecamatan Kintamani. Puskesmas Kintamani VI berdiri sejak tahun 2007, berada di Desa Bayunggede, Kecamatan Kintamani dengan luas wilayah kerja adalah 38,7 Km2.. Jarak dari Puskesmas ke Ibukota Kecamatan ± 8 Km, dapat ditempuh dalam waktu ±12 menit ( kecepatan 40 Km/jam). Sedangkan jarak dari Puskesmas ke Ibukota Kabupaten ±24 Km, dapat ditempuh dalam waktu 45 menit (kecepatan 40 Km/jam).
      Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI berada di daerah pegunungan atau dataran tinggi, hal ini berpengaruh terhadap keadaan iklim dan curah hujan yang cukup tinggi. Keadaan ini sangat menguntungkan masyarakat, karena sulitnya sumber air bersih yang menjadi masalah disiasati oleh sebagian besar penduduk dengan mengandalkan penampungan air hujan (PAH) sebagai sarana untuk keperluan air bersih sehari-hari.
      Puskesmas Kintamani VI mewilayahi 9 (Sembilan) Desa dan 13 Dusun. Desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI antara lain Abuan, Banua, Bayunggede, Belancan, Bonyoh, Katung, Mangguh, Sekaan dan Sekardadi.
2.      Keadaan Demografis
      Penyebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI tidak merata. Sebagian desa memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Berikut ini gambaran luas wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas intamani VI.

Tabel 2.1 : Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Di Wilayah Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

No
Desa
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk
Jumlah Rumah Tangga
Kepadatan Penduduk (per Km2)
1
Abuan
2,8
1.577
355
563
2
Banua
2,5
   689
213
275
3
Bayunggede
5,5
2.096
560
381
4
Belancan
7,9
2.111
473
267
5
Bonyoh
4,3
1.223
302
284
6
Katung
2,8
1.645
342
587
7
Mangguh
2,1
   772
148
367
8
Sekaan
2,5
1.820
438
728
9
Sekardadi
8,3
1.779
493
213
Total
38,7
  13.712
3.324
354
Sumber : Profil  Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

a.       Struktur penduduk menurut jenis kelamin
      Berdasarkan jenis kelamin, setengah dari seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 50,14 %. Sedangkan penduduk dengan jenis kelamin perempuan sebesar 49,86 %. Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Wilayah Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

No
Desa
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
1
Abuan
1.577
799
778
2
Banua
   689
348
341
3
Bayunggede
2.096
1.058
1.011
4
Belancan
2.111
1.060
1.051
5
Bonyoh
1.223
526
697
6
Katung
1.645
825
820
7
Mangguh
   772
389
383
8
Sekaan
1.820
931
889
9
Sekardadi
1.779
911
868
Total
13.712
6.874
6.838
Sumber : Profil  Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

b.      Struktur penduduk menurut umur
      Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI dikelompokkan menjadi penduduk produktif dan non produktif. Penduduk produktif (usia 15-64 tahun) berjumlah 9.453 jiwa, sedangkan penduduk non produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun keatas) berjumlah 4.259 Jiwa. Dengan demikian maka beban tanggungan penduduk adalah sebesar 45,15 % artinya ± 45 penduduk non produktif ditanggung oleh 100 penduduk produktif. Jumlah penduduk menurut umur  dan rasio beban tanggungan di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI dapat digambarkan dalam lampiran 2.
c.       Tingkat pendidikan
      Hampir setengahnya atau sebesar 47, 62 % penduduk di wilayah Puskesmas Kintamani VI memiliki tingkat pendidikan SD, dan hanya sebagian kecil atau sebesar 1,72 % dengan tingkat pendidikan Sarjana. Tingkat pendidikan ini sangat mempengaruhi pengetahuan dan perilaku masyarakat khususnya di bidang kesehatan. Tabel berikut ini menggambarkan tingkat pendidikan penduduk di wilayah Puskesmas Kintamani VI.

Tabel 2.3 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Wilayah Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

No
Desa
Tingkat Pendidikan
Tdk/Blm sekolah
Tdk/Blm tamat SD
SD
SMP
SMU
AK/ Diploma
Universitas
Jml
1
Abuan
2
1
957
341
93
14
21
1.429
2
Banua
32
171
269
28
36
5
4
545
3
Bayunggede
82
270
484
150
162
31
17
1.196
4
Belancan
172
205
884
315
101
86
38
1.801
5
Bonyoh
70
55
476
40
88
9
8
746
6
Katung
181
111
763
196
205
16
51
1.523
7
Mangguh
54
77
423
98
54
0
16
722
8
Sekaan
94
200
436
387
327
42
23
1.509
9
Sekardadi
119
200
604
366
336
13
13
1.651
Total
806
1.290
5.296
1.921
1.402
216
191
11.122
Sumber : Profil Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013
d.      Mata pencaharian
      Dilihat dari kondisi geografisnya, dapat diketahui mata pencaharian penduduk di wilayah puskesmas Kintamani VI sebagian besar adalah sebagai petani, meskipun ada beberapa penduduk yang memiliki mata pencaharian lain seperti pengerajin, PNS maupun wiraswasta. Mata pencaharian penduduk tersebut dapat digambarkan dalam tabel  berikut:

Tabel 2.4 : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Wilayah Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

No
Desa
Mata Pencaharian
Petani
Pengrajin
Pedagang
Buruh
PNS/TNI, Polri
1
Abuan
236
125
20
6
17
2
Banua
156
81
28
32
4
3
Bayunggede
896
0
27
45
6
4
Belancan
427
6
42
15
30
5
Bonyoh
455
0
12
21
13
6
Katung
239
4
19
19
35
7
Mangguh
255
20
17
18
4
8
Sekaan
767
10
98
73
12
9
Sekardadi
990
0
20
45
13
Total
4921
236
283
274
129
Sumber : Profil Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

e.       Data Sarana Pendidikan
      Upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Kintamani VI  tidak terlepas dari sekolah sebagai sasaran kegiatan, diantaranya program UKS, UKGS, Promkes  dan program terkait lainnya. Puskesmas Kintamani VI memiliki sasaran Sekolah terdiri dari 9 SD di setiap Desa, 1 SMP dan 1 SMU. Kegiatan yang dilaksanakan ke sekolah-sekolah tersebut diantaranya penyuluhan kesehatan, PHBS sekolah, kantin sehat, kesehatan remaja, HIV/ AIDS, Napza, pemantauan derajat kesehatan anak sekolah melalui kegiatan screening, dan kegiatan lainnya yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.
f.       Data Sumber Daya Kesehatan
1)      Sarana kesehatan
      Puskesmas Kintamani VI sebagai Unit pelayanan kesehatan tingkat pertama didukung oleh  4 Puskesmas Pembantu, 4 Polindes dan 1 Poskesdes  dengan satu Bidan di setiap sarana tersebut. Puskesmas Pembantu tersebut adalah PP Belancan, PP Katung, PP Sekaan dan PP Sekardadi. Polindes terdiri dari Polindes Abuan, Banua, Bonyoh, dan Mangguh. Sedangkan Poskesdes terdapat di Banjar Bukih Desa Belancan. Masing-masing Bidan desa tersebut bertanggungjawab kepada Kepala Puskesmas Kintamani VI dengan menyusun laporan setiap bulannya dan berkoordinasi dengan pemegang program dalam pelaksanaan setiap kegiatan di wilayah kerjanya.
2)      Ketenagaan
      Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam setiap bidang kegiatan. Dengan SDM yang cukup baik secara kuantitas maupun  kualitas, maka diharapkan proses yang dijalankan akan berjalan dengan baik dan menghasilkan Output yang baik pula.
      Puskesmas Kintamani VI pada tahun 2013 memiliki staf sebanyak 37 orang, dengan kualifikasi tenaga medis sebanyak 3 orang, tenaga para medis (Bidan dan Perawat) sebanyak 22 orang, tenaga analis 1 orang, tenaga sanitarian 4 orang, tenaga Gizi 1 orang,  teknisi gigi 1 orang dan tenaga administrasi sebanyak 4 orang. Gambaran ketenagaan di Puskesmas Kintamani VI dapat dilihat dalam tabel berikut :






Tabel 2.5 : Data Ketenagaan Di Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

No
Kualifikasi
Jumlah
Status Kepegawaian
1
Dokter Umum
2
PNS
2
Dokter Gigi
1
PNS
3
Perawat
7
PNS
4
Bidan
12
PNS
5
Bidan
2
PTT
6
Perawat gigi
1
PNS
7
Teknisi gigi
1
PNS
8
Asisten Apoteker
1
PNS
9
Tenaga Gizi
1
PNS
10
Sanitarian
4
PNS
11
Analis
1
PNS
12
Administrasi
4
PTT

Jumlah
37

Sumber : Profil Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

      Seluruh tenaga yang ada di Puskesmas Kintamani VI menjalankan tugasnya sesuai Tupoksi masing-masing yang telah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas. Jumlah tenaga yang terbatas menyebabkan sebagian staf memiliki tugas lebih dari satu program.
3)      Pembiayaan kesehatan
Dalam operasionalnya Puskesmas Kintamani VI memperoleh dana untuk pembiayaan kesehatan yang bersumber dari APBD Kabupaten/ Kota dan APBN melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

B.     Pelaksanaan Program KIA-KB Di Puskesmas Kintamani VI
      Program KIA-KB merupakan salah satu upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di Puskesmas Kintamani VI. Program ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada ibu dan anak sehingga mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah kerjanya.
      Dalam pelaksanaannya program ini meliputi kesehatan ibu, kesehatan anak dan Keluarga Berencana. Dimana di Puskesmas Kintamani VI, masing-masing kegiatan tersebut dilaksanakan oleh seorang Bidan dan dibawah koordinasi seorang Bidan Koordinator.
Terkait dengan Profesi kami sebagai Bidan, program binaan dan Tupoksi, maka kegiatan program KIA-KB di Puskesmas Kintamani VI dapat kami uraikan sebagai berikut :
1.      Kegiatan di dalam gedung
Puskesmas Kintamani VI merupakan Puskesmas rawat jalan, sehingga Pelayanan Kebidanan yang dilaksanakan di Poli KIA-KB terdiri dari Pelayanan Antenatal, pelayanan KB, penanganan  balita sakit,  serta permasalahan  Obstetri dan Neonatal dengan sistem rujukan. Sedangkan pada jejaringnya yaitu Puskesmas Pembantu, Polindes dan Poskesdes memberikan pelayanan kebidanan yang lebih lengkap, mulai dari pelayanan umum, antenatal, persalinan, BBL dan Nifas, sampai penanganan kegawatan Obstetri dan Neonatal dan  rujukan.
Kegiatan pelayanan kebidanan di Poli KIA-KB Puskesmas Kintamani VI terdiri dari :
a.       Melaksanakan pengkajian pada klien
b.      Anamnesa dan pemeriksaan fisik
c.       Melakukan pengambilan bahan laboratorium
d.      Menegakkan diagnose kebidanan dan merencanakan asuhan kebidanan
e.       Melaksanakan persiapan alat dan obat untuk kegiatan
f.       Melaksanakan asuhan kebidanan
g.      Melaksanakan imunisasi
h.      Melaksanakan KIE dan konseling pada klien
i.        Melaksanakan rujukan
j.        Melaksanakan kolaborasi dengan unit terkait
k.      Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan
l.        Melaksanakan pencatatan dan pelaporan
Kegiatan pelayanan kebidanan dalam gedung ini dicatat dalam buku register rawat jalan dan dilaporkan setiap bulannya melalui laporan LB 1 ke Dinas Kesehatan Kab. Bangli.
2.      Kegiatan di luar gedung
      Sebagai Bidan dan Bidan Koordinator kami memiliki beberapa kegiatan di luar gedung, antara lain :
a.       Pendataan sasaran KIA
a.       Kunjungan rumah ibu hamil dan pemasangan stiker P4 K
b.      Kunjungan rumah ibu hamil resiko tinggi  dan balita resiko tinggi
c.       Kunjungan rumah ibu nifas dan neonatal
d.      Pemeriksaan tumbuh kembang bayi dan balita di Posyandu
e.       Pemeriksaan tumbuh kembang anak pra sekolah di TK
f.       Pemberian PMT untuk Bumil KEK dan Balita Gizi buruk
g.      Pemantauan kantong persalinan
h.      Pembinaan Puskesmas Pembantu, Polindes dan Poskesdes (Penyeliaan Fasilitatif)
i.        Penyuluhan dan konseling KB
j.        Penyuluhan Kesehatan
k.      Kunjungan dan pelaksanaan Kelas Ibu hamil
l.        Pembinaan kader posyandu dan kader kesehatan lainnya

3.      Kegiatan Daerah Binaan (Darbin)
      Selain sebagai pelaksana dan Koordinator program KIA-KB, kami juga memiliki tugas integrasi sebagai penanggungjawab Daerah Binaan (Darbin). Tahun 2012 kami sebagai penanggungjawab Darbin  Desa sekardadi. Sedangkan pada tahun 2013 kami menjadi penanggungjawab Darbin Desa Mangguh. Kegiatan Darbin tersebut meliputi pendataan sasaran, Posyandu, kunjungan rumah Bumil atau Balita bermasalah, Sweeping imunisasi, pemantauan balita Gizi buruk, Posyandu lansia, dll. Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan bersama Bidan desa dan pemegang program terkait di Puskesmas Kintamani VI.
4.      Tugas Administratif
      Sebagai Bidan Koordinator kami memiliki tugas administratif, antara lain :
a.       Melakukan Rekapitulasi laporan Bidan desa dan menyusun laporan bulanan maupun triwulan ke Dinkes Kabupaten Bangli
b.      Melakukan analisa data dan menyusun rencana tindak lanjut setiap triwulan
c.       Melakukan pencatatan ibu hamil dalam Register Kohort ibu
d.      Melengkapi kantong persalinan dengan membuat kartu taksiran persalinan setiap bulan
e.       Membuat visualisasi data berupa grafik PWS KIA setiap bulan
f.       Membuat peta sasaran KIA setiap bulan
g.      Melakukan koordinasi dengan Bidan desa

C.    Pembiayaan
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dibiayai melalui dana APBN dan APBD. Biaya kegiatan promotif preventif dan transport petugas ke lapangan dibiayai melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Program KIA-KB termasuk Upaya Kesehatan Prioritas yang mendapat alokasi dana BOK.
Program KIA-KB di Puskesmas Kintamani VI pada tahun 2012 mendapatkan alokasi dana sejumlah Rp 14.280.000,- dan pada tahun 2013 mendapatkan alokasi dana sejumlah Rp 18.180.000,-. Sejauh ini dana tersebut sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan program KIA-KB di Puskesmas Kintamani VI.
























BAB III
HASIL PELAKSANAAN PROGRAM

A.    Pembahasan
Hasil pelaksanaan program KIA-KB salah satunya dapat dilihat dari cakupan 14 indikator PWS KIA, yaitu cakupan K1, cakupan K4, Deteksi Bumil Resti oleh Nakes, Deteksi Bumil Resti oleh Masyarakat, Pertolongan persalinan oleh nakes, Pelayanan Nifas lengkap, Kunjungan Neonatus (KN1), kunjungan neonates lengkap, penanganan komplikasi obstetri, penanganan komplikasi neonatal, cakupan peserta KB aktif, cakupan kunjungan bayi, cakupan pelayanan kesehatan anak balita dan pelayanan kesehatan anak balita sakit di MTBS.
Cakupan 14 indikator PWS KIA pada tahun 2012 dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Cakupan PWS KIA Di Puskesmas Kintamani VI Tahun 2012
No
Indikator
Sasaran
Target
Cakupan (Absolut)
Persentase
1
Cakupan K1
252
100 %
232
92.1 %
2
Cakupan K4
252
98 %
186
73.8 %
3
Cakupan Deteksi Resti Oleh Nakes
50
40 %
45
90 %
4
Cakupan Deteksi Resti Oleh Masyarakat
50
60 %
53
106 %
5
Cakupan Persalinan oleh Nakes
240
100 %
200
83.3 %
6
Cakupan Kunjungan Nifas Lengkap
240
98 %
192
80 %
7
Cakupan KN 1
229
100 %
201
87.8 %
8
Cakupan KN Lengkap
229
98 %
191
83.4 %
9
Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri
50
80 %
42
84 %
10
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
35
80 %
22
62.9 %
11
Cakupan Peserta KB Aktif
2699
80 %
2409
89.25 %
12
Cakupan Kunjungan Bayi
229
90 %
217
94.75 %
13
Cakupan Pelayanan Anak Balita
850
90 %
870
102.3 %
14
Cakupan Pelayanan anak Balita sakit di MTBS
470
80 %
470
100 %
Sumber : Laporan PWS KIA Puskesmas Kintamani VI Tahun 2012
Sedangkan cakupan 14 indikator PWS KIA pada tahun 2013 dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2 : Cakupan PWS KIA Di Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013
No
Indikator
Sasaran
Target
Cakupan (Absolut)
Persentase
1
Cakupan K1
244
100 %
223
91,39 %
2
Cakupan K4
244
98 %
203
83,2 %
3
Cakupan Deteksi Resti Oleh Nakes
49
40 %
49
100 %
4
Cakupan Deteksi Resti Oleh Masyarakat
49
60 %
40
81,63 %
5
Cakupan Persalinan oleh Nakes
233
100 %
228
97,85 %
6
Cakupan Kunjungan Nifas Lengkap
233
98 %
212
90,99 %
7
Cakupan KN 1
222
100 %
224
101 %
8
Cakupan KN Lengkap
222
98 %
210
94,6 %
9
Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri
49
80 %
64
130,6 %
10
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal
33
80 %
28
84,8 %
11
Cakupan Peserta KB Aktif
2676
80 %
2455
91.74 %
12
Cakupan Kunjungan Bayi
222
90 %
201
90.5 %
13
Cakupan Pelayanan Anak Balita
937
90 %
863
92.1 %
14
Cakupan Pelayanan anak Balita sakit di MTBS
474
80 %
474
100 %
Sumber : Laporan PWS KIA Puskesmas Kintamani VI Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui terdapat beberapa indikator yang sudah mencapai  target dan tidak. Serta yang mengalami peningkatan bahkan penurunan di tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya pengetahuan masyarakat yang masih kurang tentang kesehatan ibu dan anak, dukungan peran serta masyarakat dan lintas sektor masih rendah, serta penetapan sasaran yang lebih tinggi dari sasaran riil yang ada di lapangan.
Di samping 14 indikator PWS KIA di atas, dapat kami sampaikan beberapa angka kejadian sebagai berikut :
1.      Angka Kematian Ibu (AKI)
AKI merupakan indikator derajat kesehatan di suatu daerah. Tahun 2012 dan tahun 2013 Puskesmas Kintamani VI tidak memiliki kasus kematian ibu, baik ibu hamil, melahirkan maupun nifas.
2.      Angka Kematian Bayi (AKB)
AKB merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap ketersediaan pemanfaatan dan kualitas pelayanan kesehatan terutama pelayanan maternal dan perinatal di samping itu juga berhubungan dengan gizi keluarga, tingkat pendidikan ibu serta pendapatan keluarga. Tahun 2012 tidak terdapat kasus kematian bayi di Puskesmas Kintamani VI, dan tahun 2013 terdapat 4 kasus. Kematian bayi tersebut disebabkan oleh Asfiksia berat 1 orang, prematur/ BBLR 1 orang dan kelainan bawaan 2 orang.
Setiap kejadian kematian bayi, kami senantiasa menyusun laporan dan kronologis kematian ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli untuk dilakukan pengkajian melalui Review Maternal Perinatal di tingkat Kabupaten.
3.      Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR  merupakan indikator yang menggambarkan kualitas kesehatan ibu selama hamil, termasuk pelayanan ANC yang diberikan oleh Bidan. BBLR juga dipengaruhi oleh pola hidup ibu hamil, pola makan, aktifitas, istirahat, penyakit penyerta, dll. Tahun 2012 terdapat kasus BBLR sejumlah 11 bayi dan tahun 2013 meningkat menjadi sejumlah 15 bayi. Setiap kasus BBLR yang ada, senantiasa kami berkoordinasi dengan pemegang program Gizi untuk melakukan pemantauan Berat badan bayi serta upaya-upaya mempertahankan kesehatan bayi dan meningkatkan BB nya melalui kegiatan penyuluhan kepada orang tua bayi, keluarga, kunjungan rumah serta pemantauan BB di Posyandu setiap bulannya.
4.      Ibu hamil KEK dan Anemia
Kondisi kesehatan ibu hamil sangat menentukan proses persalinan dan nifas akan berjalan baik atau tidak. Ibu hamil dengan KEK dan anemia mempunyai resiko yang lebih tinggi, hal ini disebabkan kedua faktor tersebut akan mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungan serta kemungkinan terjadi komplikasi dalam persalinan, sehingga mebutuhkan perhatian yang cukup serius. Jumlah Ibu hamil KEK dan anemia tahun 2012 dan tahun 2013 di Puskesmas Kintamani VI adalah sebagai berikut :

No
Faktor Penyebab
Tahun 2012
Tahun 2013
1
KEK (LILA < 23,5 cm)
7
9
2
Anemia (Hb < 11 gr/dl)
1
2

Jumlah
8
11

Setiap ibu hamil dengan KEK dan anemia akan kami konsultasikan dengan petugas Gizi untuk mendapatkan konseling gizi. Di samping itu kami juga melakukan pemantauan pola kehidupan sehari-hari melalui kunjungan rumah, serta pemberian PMT bumil yang terintegrasi dengan BOK. Selanjutnya kami memantau perkembangan kenaikan BB dan LILA bumil pada bulan berikutnya.


5.       Ibu hamil resiko tinggi dengan umur terlalu muda (< 20 tahun)
Salah satu permasalahan yang kami hadapi adalah masih tingginya ibu hamil resiko tinggi dengan umur terlalu muda (kurang dari 20 tahun). Dibandingkan dengan faktor resiko yang lain, faktor umur terlalu muda masih menempati posisi teratas. Tahun 2012 ibu hamil dengan resiko tinggi dengan umur terlalu muda sejumlah 53 orang, atau 54,08 % dari seluruh bumil resiko tinggi yang ada. Sedangkan pada tahun 2013 jumlah ibu hamil resti tersebut sedikit menurun menjadi 42 orang, atau 47,2 % dari seluruh bumil resiko tinggi  yang ada.
Hal ini sangat menjadi perhatian kami, mengingat kemungkinan yang dapat terjadi akibat faktor risiko ini cukup besar. Baik menyangkut kesehatan ibu, bayi maupun kemampuan dan psikologi keluarga tersebut dalam mengasuh dan merawat bayi selanjutnya.

B.     Permasalahan
Masing-masing desa di wilayah Puskesmas Kintamani VI memiliki permasalahan yang berbeda dan berfariasi di bidang kesehatan, khususnya program KIA-KB. Hal ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat masing-masing desa. Berdasarkan pemaparan hasil pelaksanaan program KIA-KB tahun 2012 dan tahun 2013 tersebut diatas, serta analisa data yang kami lakukan setiap triwulan, maka secara umum dapat kami sampaikan beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program KIA-KB di Puskesmas Kintamani VI adalah sebagai berikut :
1.      Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang Kesehatan Ibu dan Anak dan Keluarga Berencana (KIA-KB)
2.      Kurangnya pengetahuan remaja tentang kehamilan usia dini (< 20 tahun)


C.    Upaya Pemecahan
Permasalahan yang ada di setiap program di Puskesmas Kintamani VI senantiasa dibahas dan didiskusikan dalam pertemuan bulanan maupun mini lokakarya, untuk kemudian disusun berdasarkan urutan prioritas masalahnya. Dan selanjutnya ditetapkan rencana tindak lanjut atau upaya pemecahannya. Demikian pula program KIA-KB yang merupakan upaya kesehatan wajib di Puskesmas, selalu mendapatkan perhatian dan prioritas.
Berdasarkan permasalahan di atas, berikut kami sampaikan upaya pemecahan yang telah dan sedang kami lakukan saat ini, antara lain :
1.      Meningkatkan koordinasi dan kerja sama lintas program
Setiap permasalahan yang ditemukan di Puskesmas Kintamani VI, tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan dan kerja sama semua program. Karena masing-masing program adalah saling terkait dan saling mengisi.
Masalah yang ditemukan, termasuk program KIA-KB akan disampaikan dan dibahas dalam pertemuan bulanan yang dilaksanakan pada minggu pertama setiap bulannya dengan menghadirkan seluruh staf dan Bidan desa. Dalam pertemuan tersebut kami semua mencoba menggali penyebabnya dan menyusun rencana pemecahannya pada bulan selanjutnya.
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan kami berusaha untuk terintegrasi dengan program lain. Misalnya pada kegiatan Posyandu, kita akan melibatkan program KIA, Gizi, Imunisasi dan Promkes. Pada kegiatan penyuluhan di masyarakat kami senantiasa berusaha menyisipkan materi KIA di dalamnya. Demikian pula dengan kegiatan lainnya.
2.      Meningkatkan koordinasi dan kerja sama lintas sektor
Dukungan dan peran serta masyarakat termasuk Aparat Desa sangat mempengaruhi keberhasilan suatu program. Oleh karena itu kami berusaha melakukan pendekatan lintas sektor melalui pertemuan di desa atau Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) maupun pertemuan mini lokakarya lintas sektor yang diadakan pada awal tahun di Puskesmas Kintamani VI.
Dalam pertemuan tersebut kami menyampaikan data dan permasalahan yang ada di wilayah kerja termasuk masalah KIA-KB. Selanjutnya Kepala Desa dan lintas sektor lainnya menyampaikan tanggapan dan dukungan apa yang dapat diberikan. Kemudian disusun kesepakatan dan rencana pemecahan dari masalah tersebut bersama-sama.
3.      Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang KIA-KB
Upaya  ini dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan baik kelompok maupun perorangan yang terintegrasi dengan program lain. Sebagai sasaran penyuluhan diantaranya ibu-ibu PKK, ibu balita, ibu hamil, remaja, kader Posyandu dan masyarakat umum. Tahun 2012 kami telah melakukan kegiatan penyuluhan kelompok sebanyak 24 kali. Dan tahun 2013 kegiatan tersebut telah kami laksanakan sebanyak 18  kali. Materi yang diberikan diantaranya PHBS, penyakit menular, ASI Eksklusif, Gizi Balita, Posyandu, dll.
Melalui kegiatan penyuluhan ini diharapkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dapat semakin meningkat. Sehingga kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dalam hal mengenali masalah, menyadari dan melakukan upaya untuk memecahkannya mampu mereka laksanakan.
4.      Menyelenggarakan Kelas Ibu Hamil
Disamping melalui kegiatan penyuluhan, sejak tahun 2012 kami juga telah melaksanakan kegiatan Kelas Ibu Hamil sebagai upaya meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan keluarganya tentang kesehatan pada saat kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
Mengingat kondisi geografis dan kesibukan masyarakat yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan kelas ibu ini di satu tempat saja (misalnya di Puskesmas), maka kami berupaya untuk mengadakannya di setiap desa. Walaupun jumlah ibu hamil yang ada kurang dari lima orang, namun dengan semangat para ibu hamil dan rekan-rekan di Puskesmas, kegiatan ini dapat terselenggara.
Kelas Ibu Hamil yang kami laksanakan di tahun 2012 adalah sebanyak11 kelas. Dan di tahun 2013 terselenggara 15 kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaannya kami sangat terkendala dengan kurangnya sarana prasarana, misalnya alat peraga (paket kelas ibu), matras dan blangko pre tes dan post tes. Selama ini kami masih meminjam paket tersebut ke Puskesmas Susut I. Namun kendala tersebut bukan merupakan halangan bagi kami, Bidan desa dan ibu hamil untuk melaksanakan kegiatan ini.
Dengan terlaksananya kegiatan Kelas Ibu Hamil ini, manfaat yang dirasakan baik oleh ibu hamil sendiri maupun oleh petugas kesehatan (Bidan) adalah sangat besar. Ibu hamil menyatakan sangat senang dan bertambah pengetahuannya serta lebih siap menghadapi persalinan dan masa nifas. Sedangkan petugas kesehatan merasa lebih mudah menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan mampu menggerakkan masyarakat khususnya dalam pengenalan tanda bahaya dan penanganan komplikasi obstetri dan neonatal.
5.      Meningkatkan  pengetahuan remaja tentang kehamilan usia dini (< 20 tahun)
Tingginya jumlah ibu hamil resiko tinggi dengan umur kurang dari 20 tahun, mendorong kami untuk berusaha menggali lebih dalam dengan mencari tahu faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan ini terjadi dengan melakukan penelitian deskriptif pada bulan Juni 2013 di SMU 1 Kintamani dengan judul “Pengetahuan Remaja Tentang Seks Dini Di SMU 1 Kintamani Tahun 2013”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh data bahwa sebagian besar remaja yang menjadi responden kami memiliki pengetahuan cukup tentang seks dini.
Hal ini dikarenakan para remaja memperoleh sumber informasi tentang seks dini melalui media masa, elektronik dan internet, sehingga sangat mempengaruhi pengetahuannya, merangsang fikiran dan mendorong hasrat seksual mereka. Hasil penelitian ini akan kami tindak lanjuti dengan meningkatkan penyuluhan kesehatan reproduksi pada kelompok remaja di wilayah Puskesmas Kintamani VI.
Selanjutnya kami sampaikan bahwa kegiatan penyuluhan dan pembinaan kelompok remaja telah kami laksanakan terintegrasi dengan program PKPR sejak tahun 2009. Pembinaan dan penyuluhan kelompok remaja pada tahun 2012 telah dilakukan sebanyak 11 kali. Dan pada tahun 2013 telah dilakukan sebanyak 12  kali.
Dengan upaya yang kami lakukan bersama, serta dukungan dan peran serta para remaja itu sendiri, maka pada tahun 2013 terjadi penurunan jumlah ibu hamil resiko tinggi dengan umur kurang dari 20 tahun, dari 53 orang menjadi 42 orang. Harapan kami jumlah tersebut akan semakin menurun di tahun ini. Sehingga komplikasi obstetri pada kehamilan dan persalinan dapat semakin ditekan.
6.      Melaksanakan Pelatihan Kader Remaja
Salah satu upaya yang telah kami lakukan bersama program PKPR untuk memudahkan pembinaan kelompok remaja dalam rangka peningkatan derajat kesehatan adalah dengan melakukan pelatihan kader remaja di Tahun 2011. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan remaja masing-masing 2 orang per desa.
Dengan terbentuknya kader remaja di setiap desa, kami mengharapkan terjadinya peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan termasuk penurunan jumlah ibu hamil di usia kurang dari 20 tahun.








BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Pelaksanaan program KIA-KB di Puskesmas Kintamani VI masih membutuhkan perbaikan dan peningkatan di berbagai sisi. Kerja sama lintas program dan lintas sektor harus ditingkatkan lagi dan semangat untuk lebih maju dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kintamani VI.
      Penilaian tenaga kesehatan teladan ini diharapkan mampu mendorong semua Nakes yang ada untuk senantiasa menjalankan tugas dan fungsinya secara professional, bermutu dan berkompeten. Menjadikan tenaga kesehatan yang  memiliki semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin, kreatif, berilmu, terampil, berbudi luhur serta dapat memegang teguh etika profesi.

B.     Saran
Berdasarkan laporan kinerja ini, maka saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli
Diharapkan senantiasa memberikan bimbingan, pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Bangli, sehingga kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin meningkat.
2.      Untuk Puskesmas Kintamani VI
Diharapkan untuk terus meningkatkan kinerja, kekompakan dan kerja sama dalam berbagai kegiatan, sehingga masyarakat dapat terlayani dengan baik.